Moslem Women's Clothing Online Store

6 Produk UKM Indonesia yang Berhasil Go International

Saat ini, Indonesia tengah mengalami kondisi ekonomi yang sedang susah karena adanya pandemi yang dialami oleh seluruh negara. Di tengah kondisi ekonomi yang sedang sulit, terdapat satu fakta yang melegakan masyarakat Indonesia. Fakta tersebut yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia pada saat ini telah menjadi ujung tonggak perekonomian Indonesia. Secara jumlah, memang UMKM Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jumlah usaha kecil dan menengah ini terus mengalami kenaikan dalam 10 tahun ini. Jumlah UMKM pada tahun 2018 sudah mencapai 64,2 juta unit, dan diprediksi akan terus naik pada beberapa tahun ke depan, hingga saat ini. Data ini dipaparkan secara resmi dari Otoritas Jasa Keuangan. Angka ini menunjukkan bahwa para pelaku UMKM mampu bertahan dalam menghadapi krisis yang sedang terjadi saat ini. Usaha-usaha ini pun dapat berkembang senantiasa karena adanya dukungan dari pemerintah. Saat pandemi ini, dukungan dari pemerintah bagi pelaku UKM lebih gencar diberikan dengan berbagai cara. Setidaknya dalam masa pandemik ini, pemerintah memberikan bantuan berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai) UMKM yang berupa modal usaha Rp 1,2 juta per orang. Dengan adanya program ini, pemerintah telah mengeluarkan anggaran dengan total hingga Rp 15,36 triliun untuk program bantuan ini. Respon UMKM pun juga sangat hangat terhadap program pemerintah ini, dengan adanya 12,8 juta pelaku UMKM yang sudah mendapat dana BLT ini.Selain itu, pemerintah juga gencar mempromosikan program Bangga Buatan Indonesia (#BanggaBuatanIndonesia) untuk mendorong usaha UMKM agar dapat memasuki era digital (Source: Buku Warung). Sejak Bulan Maret 2021 lalu, jumlah UKM yang memasuki ekosistem digital ada sebanyak 4,8 juta. Angka ini tentu saja menunjukkan bahwa sudah terjadi lonjakan yang cukup tajam, yaitu bertambahnya 1 juta UKM yang memasuki era digital dalam waktu 4 bulan saja. Hal ini disampaikan oleh Bima Laga, Ketua Umum Indonesia E-commerce Association (IdEA) dalam acara Dialog Rabu Produktif pada tanggal 28 April 2021. Dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh pelaku bisnis UKM, ditambah dengan dukungan dari pemerintah, maka bisnis UKM bisa dengan cepat berkembang dan bisa memperluas pangsa pasar. Pangsa pasar yang dapat diperluas ini juga bukan hanya di dalam negeri saja, tetapi juga ke luar negeri. Biasanya, produk dalam negeri yang berhasil menembus pasar internasional biasanya disebut dengan produk go international. Indonesia sudah banyak memiliki UKM yang sudah go international. Keberadaan UKM ini pun juga masih ada sampai sekarang, dan tetap bertahan walaupun diguncang oleh keadaan pandemi. Nah, apakah Anda penasaran apa saja UKM yang sudah go international? Berikut ini 6 produk UKM Indonesia yang sukses dan bisa menjadi contoh bagi UKM lain serta memiliki pangsa pasar yang sudah go international.

1. Usaha Dagang Bandar Mina

UKM ini berlokasi di Bali Utara, bergerak dibidang eksportir ikan kerapu macan dan kerapu bebek. Ikan yang diekspor bisa dalam bentuk kemasan, bisa berupa ikan yang dikeringkan atau dibekukan terlebih dulu, bisa juga dalam kondisi ikan yang masih segar. Negara tujuan ekspor dari UKM ini adalah Hong Kong, Cina, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. UKM ini juga melibatkan banyak nelayan dan penduduk lokal dari Bali Utara, dan saling bekerjasama untuk memperoleh bibit unggul dari ikan kerapu.

2. PT Bamboo Media Cipta Persada

UKM ini bergerak dalam bidang pendidikan. Lebih tepatnya, Bamboo Media Cipta Persada mengembangkan konten edukatif melalui penggunaan teknologi. UKM yang satu ini memiliki produk berupa program dan modul yang edukatif. UKM yang sudah berstatus sebagai PT ini memiliki tujuan ekspor yaitu Eropa, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

3. PT Ika Indo Industri Karbonik

UKM ini berlokasi di Medan, Sumatera Utara. Usaha kecil ini bergerak di bidang ekspor karbon aktif berkualitas dari batok kelapa yang digunakan sebagai alat penyaringan air minum. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang ramah lingkungan, karena senantiasa memanfaatkan limbah batok kelapa. Ika Indo Industri Karbonik memiliki tujuan ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, dan Cina. Nilai ekspor dari perusahaan ini pada tahun 2011 mencapai 7,3 juta US$ atau sekitar 70 miliar rupiah.

4. Mouva

UKM ini bergerak di bidang fashion, baru berdiri 5 bulan, awal mula produk dari MOUVA hanya berupa Hijab. Namun saat ini, MOUVA sudah berkembang ke produk pakaian wanita. Meity awalnya sejak bulan juni awal 2023 aktif mencari dan mengikuti seminar atau event event yang dibuat yang beberapa komunitas dalam dunia fashion, lalu pada bulan akhir november Meity selaku owner brand MOUVA, dapat kesempatan mengikuti sebuah bisnis maching di Malaysia, dengan peserta 11 brand asal Indonesia.

Namun pucuk dicinta ulampun tiba, MOUVA melakukan present di depan para buyers dan pihak KBRI Indonesia. Dan momentum itu pun tiba, dari sekian belas brand yang mengikuti acara tersebut hanya MOUVA lah satu satunya brand yang dapat melakukan kontrak kerjasama dengan buyers pada hari itu. Meity, “sungguh luar biasa yang terjadi hari ini, berkat niat baik selama ini dan sedekah seperti jargon MOUVA, ”Meresapkan nilai sedekah di setiap jahitan”. “Karena saya pun tidak menduganya, brand baru yang langsung bisa jebol ke pasar internasional di Malaysia”, ujar Meity selaku founder saat diwawancarai.

Selain itu, MOUVA juga menggunakan strategi social media marketing seperti Twitter dan Instagram. Ke depannya, produk MOUVA akan diekspor ke berbagai negara, seperti Dubai dan Uni Emirat Arab.

5. Gendhis Bag

UKM Gendhis Bag berlokasi di Yogyakarta dan didirikan oleh Ferry Yuliana pada tahun 2002. Ferry Yuliana waktu itu berprofesi sebagai dokter gigi. Sesuai namanya, Gendhis Bag bergerak di bidang produksi tas wanita. Uniknya, tas ini terbuat dari bahan-bahan alam seperti agel, rotan, rumput laut, mending, hingga bambu.

Tas produksi Gendhis Bag dibuat secara handmade dengan melibatkan ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) hingga ibu-ibu di lembaga pemasyarakatan. Bahkan, Gendhis Bag juga mengajak banyak pria untuk membantu proses menjahit dan memotong bahan. Sebelum memproduksi tas model baru, biasanya Ferry meminta pendapat teman-temannya. Setelah itu, ia baru memproduksi tas model baru tersebut bila terdapat tanggapan yang positif dari beberapa temannya.

Saat ini, dalam sebulan Gendhis Bag bisa memproduksi 300 hingga 500 tas. Setiap model hanya diproduksi 25 tas. Ada juga tas yang diproduksi dengan edisi terbatas. Tas limited edition ini biasanya hanya diproduksi satu buah saja, dengan harganya yang jauh lebih mahal, yaitu sekitar 2,5 juta. Rata-rata harga tas Gendhis Bag biasanya sekitar Rp 300.000.

Selain itu, Ferry juga memproduksi berdasarkan pesanan. Beberapa pesanan ini biasanya pesanan untuk tamu kedutaan yang pernah diterimanya. Tas-tas produksi Gendhis Bag juga menjadi langganan para ibu negara, mulai dari ibu Ani Yudhoyono hingga ibu Iriana Joko Widodo. Sekarang produk ini sudah diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Venezuela, Malaysia, dan Spanyol.

6. Kejaya Handicraft

Berpusat di Banyuwangi, Jawa Timur, Kejaya Handicraft didirikan oleh Khotibin sekitar tahun 1998. Produk-produk Kejaya Handicraft berbahan dari limbah kayu mebel, pelepah pisang, bambu dan bahan-bahan alam lain yang Khotibin dapatkan di Desa Tambong, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi.

Sudah lebih dari 100 jenis aneka kerajinan tangan yang dibuat, seperti asbak dari kayu, tas dari pelepah pisang, sabuk dari tempurung kelapa/kayu, dan kap lampu dari bambu. Pemasaran produk diawali dengan menitipkan produk di beberapa toko souvenir yang ada di Bali. Setelah berjalan selama 10 tahun, Kejaya Handicraft sempat mengalami kebangkrutan. Penyebab bangkrut ini karena adanya hutang yang menumpuk. Namun, kebangkrutan ini tidak membuat Khotibin putus asa.

Beberapa lama kemudian, Khotibin mendapatkan tawaran kerjasama untuk menjadi pemasok bahan baku lidi dan tapas kelapa dari salah satu perusahaan. Selain itu juga, aneka kerajinan tangan terus diproduksi oleh Khotibin dengan memberdayakan ratusan warga desa.

Produk yang dihasilkan pun juga semakin bervariasi, salah satunya yaitu adanya produk parfum mobil yang dikombinasikan dengan kerajinan yang terbuat dari karung goni. Saat ini, produk dari Kejaya Handicraft sudah diekspor ke Amerika Serikat, Taiwan, dan Italia.

Itulah 6 produk UKM Indonesia yang berhasil go international. Keenam UKM ini dapat dijadikan patokan dan contoh bagi UKM lain dalam menjalankan bisnisnya. Agar UKM lain dapat ikut go international juga, maka UKM harus mencontoh sifat dari para pendiri UKM ini. Pada umumnya, ciri-ciri dari UKM yang mampu go international adalah mampu melihat peluang yang unik, mampu menjaga kontinuitas baik dari kualitas maupun kuantitas, bersikap gigih, ulet dalam berusaha, dan tidak mudah putus asa.